Senin, 26 Desember 2011

LOYALITAS PELANGGAN: SEBUAH KAJIAN KONSEPTUAL SEBAGAI PANDUAN BAGI

PENELITI
Basu Swastha Dharmmesta
Universitas Gadjah Mada

Pendahuluan.
Pemasar pada umumnya menginginkan bahwa pelanggan yang diciptakannya dapat dipertahankan selamanya. Ini bukan tugas yang mudah mengingat perubahan pada diri pelanggan seperti selera maupun aspek-aspek psikologis serta perubahan kondisi lingkungan yang mempengaruhi aspek-aspek psikologis, social dan budaya pelanggan.
Masa krisis ekonomi Indonesia  yang berawal pertengahan 1997 memberikan gambaran tentang terjadinya perubahan lingkungan yang berdampak pada proses keputusan  beli pelanggan. Daya beli konsumen yang menurun tajam telah mengkondisikan konsumen pada situasi yang lebih terbatas menyangkut pilihan produk yang diinginkannya.  Meskipun pemasar sudah memiliki segmen pelanggan yang dianggap loyal dalam kondisi krisis ini pemasar tetap perlu memberikan perhatian  tentang loyalitas pelanggan agar tidak terjadi perpindahan merek. Tekanan pesaing ini mengarah pada perubahan loyalitas pelanggan juga tidak dapat diabaikan.
  
Dalam jangka panjang, loyalitas pelanggan menjadi tujuan bagi perencanaan pasar stratejik (kotler, 1997).  Selain itu juga dijadikan dasar untuk pengembangan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (dick and basu1994) yaitu keunggulan yang dapat direalisasikan lewat upaya-upaya pemasaran.

Istilah loyalitas pelanggan adalah loyalitas merk yang mencerminkan loyalitas pelanggan pada merk tertentu dalam artikel ini kedua istilah tersebut  yaitu loyalitas pelanggan dan loyalitas merk menunjukkan hal yang sama oleh karena itu  menggunakannya tidak dibedakan dan dapat diutarakan secara silih berganti.


KONSEP LOYALITAS PELANGGAN.
Istilah loyalitas sudah sering kita dengar seperti emosi dan kepuasan, loyalitas merupakan konsep lain yang Nampak mudah dibicarakan dalam konteks sehari-hari, tetapi menjadi sulit ketika analisis maknanya. Tidak banyak literature yang mengemukakan definisi tentang loyalitas. Loyalitas dapat dipahami sebagai sebuah konsep yang menekankan pada runtutan pembelian. Jika pengertian loyalitas pelanggan menekankan pada runtutan pembelian, utoporsi pembelian atau dapat juga probabilitas pembelian. Hal ini bersifat operasional, bukannya teoritis. Untuk memperkuat pemahaman substansial tentang loyalitas diperlukan tinjauan secara teoritis tentang konsep itu yang ditunjukkan untuk memperkuat basis pemahaman dalam penelitian. Pengertian loyalitas pelanggan yang didasarkan pada pendekatan keperilakuan (behavioural approach) itu masih belum memadai untuk memperjelas bagaimana dan mengapa loyalitas merek dikembangkan atau dimodifikasi.

MEREK DAN ATRIBUT PRODUK SEBAGAI OBYEK LOYAL
Merek dianggap lebih lazim dan lebih banyak menjadi obyek loyal karena dianggap sebagai identitas produk atau perusahaan yang lebih mudah dikenali oleh pelanggan. Jika seorang pelanggan menggunakan atribut lain sebagai obyek loyal, pada akhirnya juga akan dikaitkan dengan merek favoritnya. Itu artinya, jika pelanggan menyukai warna merah untuk produk tertentu, mereka tidaka akn memilih sembarang produk yang berwarna merah, tetapi memilih produk berwarna merah dari merek tertentu pula. Demikian halnya dengan atribut yang lain seperti kualitas dan kemasan.

KATEGORI LOYALITAS
1.                 Loyalitas merek lokal yang sesungguhnya (true local brand loyalty) loyalitas
pada merek tertentu
2.                 Loyalitas merek ganda yang sesungguhnya ( true multibrand loyalty) termasuk
 merek fokal
3.       Pembelian ulang (repeat purchasing) merek fokal dan non-lokal
4.       Pembelian secara kebetulan (happenslance purchasing) merek fokal oleh     
           pembeli loyal dan non-loyal merek lain

Loyalitas Psikologis pada:
Pembelian ulang pada
Merek fokal
Merek ganda
Merek lain
Tidak satupun
Merek fokal
Loyalitas sesungguhnya
Loyal merek ganda
Pengulang non-loyal
Pembeli secara kebetulan
Merek lain
Pembeli merek lain secara kebetulan
Loyal merek ganda
Loyal merek lain
Pembeli secara kebetulan





*kategori loyalitas menurut jacoby dan chestnut

Dalam tabel diatas terlihat bahwa pola pembelian ulang pada merek fokal dan merek lokal itu merupakan loyalitas psikologis, maka yang terjadi adalah loyalitas sesungguhnya atau pada merek tunggal. Kontribusi utama terletak pada pembahasan sikap relative dan moderator potensial tentang sikap relatif pada pengulangan pembelian. Sikap relatif merupakan tingkat dimana evaluasi konsumen terhadap satu merek yang mendominasi merek lainnya. Intinya adalah dominasi, bukannya tingkat absolute skor sikap. Jadi sikap relative tersebut melibatkan upaya pembandingan sikap menyangkut merek. Hubungan antara sikap relatif dan pembelian ulang dapat ditunjukkan pada table dibawah ini,
Sikap relatif terhadap merek fokal
Patronase pengulangan pada merek fokal
Tinggi
Rendah
Tinggi
Loyal
Loyal yang tersembunyi
Rendah
Loyal yang palsu
Tidak loyal

TAHAP-TAHAP LOYALITAS BERDASARKAN PENDEKATAN ATTITUDINAL DAN BEHAVIOURAL
Tahap Pertama: Loyalitas Kognitif
Didasarkan pada kognisi saja menggunakan basis informasi yang secara memaksa menunjuk pada satu merek atas merek lainnya. Misalnya: sebuah pasar swalayan secara konsisten menawarkan harga yang lebih rendah dari pesaing lainnya dengan alas an bahwa pasar swalayan lainnya tidak dapat menawarkan informasi yang lebih menarik, maka konsumen lebih memilih pasar swalayan tersebut. Jadi pemasar harus memiliki alasan yang lebih kuat lagi agar konsumen tetap loyal.
Tahap Kedua: Loyalitas Afektif
Tahap ini didasarkan pada aspek afektif konsumen. Sikap merupakan fungsi dari kognisi pada periode pembelian dan juga merupakan fungsi dari sikap sebelumnya plus kepuasan diperiode berikutnya.
Tahap Ketiga: Loyalitas Konatif
Loyalitas konatif merupakan suatu kondisi loyal yang mencakup komitmen mendalam untuk melakukan pembelian. Sepeti yang dikemukakan oleh Crusby dan Taylor (1983) dengan menggunakan runtutan model keyajinan -> sikap -> niat untuk memperlihatkan bagaimana komitmen melakukan niat yang menyebabkan preferensi pemilih tetap stabil selama bertahun-tahun. Jenis komitmen ini sudah melampaui afek bagian dari properti motivasional untuk mendapatkan merek yang disukai. Afek hanya menunjukkan kecenderungan motivasi sedangkan komitmen melakukan meunjukkan suatu keinginan..
Tahap Keempat: Loyalitas Tindakan
Aspek konatif mengalami perkembangan yaitu dikonversi menjadi perilaku atau tindakan yang merupakan kondisi yang mengarah pada kesiapan bertindak dan keinginan untuk mengatasi hambatan untuk mencapai tindakan tersebut. Jadi, tindakan merupakan hasil dari pertemuan dua kondisi tersebut. Dengan kata lain, tindakan mendatang sangat didukung oleh pengalaman mencapai sesuatu dan penyelesaian hambatan yang menunjukkan bagaimana loyalitas dapat menjadi kenyataan.
KETEGUHAN PADA MEREK VS KERENTANAN BERPINDAH MEREK
Setiap tahap loyalitas, dari loyalitas kognitif sampai tindakan loyalitas tindakan mempunyai dua alternatif kemungkinan kejadian, yaitu:
  1. Keteguhan konsumen pada merek yang dipilihnya
  2. Kerentanan konsumen untuk berpindah ke merek lain
Kedua hal ini akan bergantung pada seberapa besar tingkat integrasi yang ada pada konsumen. Yang dimaksud dengan tingkat integrasi adalah kondisi dimana keempat tahap kognitif, afektif, konatif  dan tindakan telah terealisasikan dan membentuk satu kesatuan.
Konsumen yang hanya mengaktifkan tahap kognitifnya dapat dihipotesiskan sebagai konsumen yang paling rentan terhadap perpindahan merek karena adanya rangsangan pemasaran, sedangkan konsumen yang terintegrasi penuh pada tahap loyalitas tindakan dapat dihipotesiskan sebagai konsumen yang rendah tingkat kerentanannya untuk berpindah merek. Dengan kata lain, loyalitas tindakan ini tidak sedikit memberi peluang pada konsumen untuk berpindah ke merek lain.

KUALITAS PRODUK UNTUK MENGEMBANGKAN LOYALITAS MEREK
Konsumen yang memperoleh kepuasan atas produk yang dibelinya cenderung melakukan pembelian ulang produk yang sama. Salah satu factor penting yang dapat membuat konsumen puas adalah kualitas. Ini dapat digunakan pemasar untuk mengembangkan loyalitas merek dari konsumennya. Pemasar yang kurang atau tidak memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan menanggung resiko tidak loyalnya konsumen. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumen akan menjadi loyal pada merek berkualitas tinggi jika produk yang ditawarkan dengan harga yang wajar. Contohnya, pasta gigi Crest, saos tomat Heinz, dan rokok Marlboro.

PROMOSI PENJUALAN UNTUK MENGEMBANGKAN LOYALITAS MEREK
Selain kualitas yang diperkuat dengan periklanan, loyalitas merek juga bisa dikembangkan melalui promosi penjualan. Cotnohnya, buy 1 get 2 free, mengumpulkan sepuluh tutup botol minuman dapat hadiah menarik, mengumpulkan kupon, dll. Dan kegiatan promosi penjualan yang intensif dapat menjadi alat untuk mengembangkan loyalitas merek dari konsumen.

PENGUKURAN LOYALITAS MEREK
Secara umum loyalitas merek dapat diukur dengan cara-cara berikut:
  1. Runtutan pilihan merek (brand-choice sequence)
  2. Proporsi pembelian (proportion of purchase)
  3. Preferensi merek (brand preference)
  4. Komitmen merek (brand commitment)
Cara pertama dan kedua merupakan pendekatan keperilakuan (behavioural approach) sedangkan cara ketiga dan keempat termasuk pendekatan attitudinal (attitudinal approach)
Runtutan Pilihan Merek
Terdapat empat kategori loyalitas merek yang dapat dijelaskan dalam runtutan pembelian,
  • Loyalitas yang tak terpisahkan (undivided loyalty) dapat ditunjukkan dengan runtutan AAAAAA
  • Loyalitas yang terpisahkan (divided loyalty) dapat ditunjukkan dengan runtutan ABABAB
  • Loyalitas yang tidak stabil (unstable loyalty) ditunjukkan dengan runtutan AAABBB
  • Tanpa loyalitas (no loyalty) ditunjukkan dengan runtutan ABCDEF
Klasifikasi diatas disebut klasifikasi brown dan dapat dimodifikasi seperti yang ditunjukkan oleh Mowen dan Minor sebagai berikut,
  1. Undivided loyalty: AAAAAA
  2. Divided loyalty: AAABBAABBB
  3. Occasional switch: AABAAACAADA
  4. Switch loyalty: AAAABBBB
  5. Brand indifference: ABDCBACD
Dengan menggunakan definisi loyalty merek tersebut dapatlah diidentifikasi besarnya presentase rumah tangga yang berada pada masing-masing kategori.
Proporsi Pembelian
Proposi pembelian adalah menguji proporsi pembelian total dari sebuah kelompok tertentu yang ditujukan ke satu merek atau kombinasi beberapa merek. Data yang dianalisis berasal dari konsumen. Kelebihan-kelebihan yang ada pada cara ini dibandingkan runtutan pilihan merek adalah:
  1. Lebih mudah untuk dikuantitatifkan
  2. Memungkinkan dilakukan identifikasi loyalitas merek ganda
Misalnya, loyalitas 2 merek akan menunjukkan proporsi pembelian yang ditujukan kedua merek dalam sebuah kelompok tertentu, loyalitas tiga merek, ditujukan ketiga merek dan seterusnya.
Preferensi Merek
Preferensi merek menggunakan komitmen psikologis atau pernyataan preferensi. Dalam hal ini loyalitas merek dianggap sebagai sikap yang positif terhadap suatu produk tertentu, sering digambarkan dalam istilah niat untuk membeli. Namun perlu diperhatikan bahwa sikap yang positif maupun niat untuk membeli belum tentu dapat memprediksi perilaku beli aktual dengan berbagai alasan, khususnya alasan situasional.
Komitmen Merek
Komitmen merek ini dapat diartikan sebagai kesertaan emosional psikologis pada sebuah merek dalam kategori produk. Komitmen merek ini lebih terfokus pada komponen perasaan. Dalam sebuah penelitian, dari para konsumen pada minuman ringan ditemukan bahwa komitmen itu terjadi dari keterlibatan pembelian yang merupakan akibat dari keterlibatan ego dengan kategori merek produk.keterlibatan ego itu sendiri tejadi ketika sebuah produk sangat berkaitan dengan nilai penting, kebutuhan, konsep-diri konsumen. Melengkapi keempat metode pengukuran loyalitas merek diatas, berikut ini ditambahkan 2 metode pengukuran yang agak mudah dipahami, yaitu
  1. Skala loyalitas
  2. Rasio penerimaan atau penolakan
Skala Loyalitas
Ukuran loyalitas merek mengacu pada 2 hal:
  • Ketertarikan konsumen pada sebuah merek
  • Kerentanan konsumen untuk berpindah merek

Pada umumnya jumlah item yang dapat dimasukkan kedalam skala loyalitas terbatas hanya berdasarkan batasan panjang. Skala loyalitas difokuskan pada elemen yang disampelkan dari item skala berikut,
Rasio Penerimaan atau Penolakan
Pengukuran loyalitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan rasio penerimaan atau penolakan. Jika konsumen dimimta untuk menempatkan semua merek kedalam kategori yang ekslusif yaitu 1. pasti akan menggunakan, 2. Tidak akan pernah menggunakan, maka kedua kategori tersebut dapat di interpretasikan secara bebas sebagai merek dalam wilayah penerimaan yang berisi alternative Xpe & wilayah penolakan yang berisi Xpo.
 
BAGAIMANA MENGIDENTIFIKASI PELANGGAN YANG LOYAL PADA MEREK?
Sebuah pertanyaan yang menjadi tantangan bagi peneliti adalah apakah ada knsumen yang loyal merek dari berbagai produk. Dalam prakteknya, pengidentifikasian merek harus dilakukan secara terus menerus. Basis harian, mingguan, atau bulanan dapat dipakai sesuai dengan karakteristik keputusan beli konsumen. Misalnya, untuk pembelian bahan makanan pengidentifikasian loyalitas merek dapat dilakukan secara harian atau mingguan.
Perlu diperhatikan juga bahwa jika konsumen membeli produk-produk tertentu karena pengaruh promosi penjualan dari pemasar dan bukan karena kualitas positif intrinsic produk tersebut, maka konsumen akan memiliki kebiasaan membeli hanya ketika diadakan promosi penjualan. Dengan demikianlah, kualitas produk dan promosi periklanan tetap menjadi factor kunci untuk menciptakan dan mempertahankan loyalitas merek dalam jangka panjang.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Konsumen yang dapat loyal merek dapat diidentifikasi berdasar pola pembeliannya, seperti runtutan pembelian tiga sampai empat kali pembelian merek yang sama atau proporsi pembelian delapan dari sepuluh kali pembelian merek yang sama. Karena pengukuran loyalitas merek melibatkan pembelian ulang dan komitmen pada merek maka akan sulit dibedakan antara konsumen yang loyal merek dan konsumen yang berdasarkan kebiasaan. Sangat dimungkinkan bahwa tidak semua pembeli ulang merupakan konsumen yang loyal.
Diamping itu pula, loyalitas merek yang dikembangkan mencakup semua aspek psikologis konsumen secara total agar tidak mudah berubah, yaitu aspek kognitif, afektif, konatif dan tindakan. Pengujian tentang terjadinya loyalitas dengan menghubungkan antara sikap relatif dan pembelian ulang dalam kerangka pendekatan attitudinal dan behavioural dapat dilakukan melalui penelitian yang lebih lanjut dimasa mendatang.
Ini sangat disarankan karena belum banyak penelitian tentang loyalitas pelanggan di Indonesia.

REFERENSI
Aaker, D. A. (1991), Managing Brand Equility Capitalizing on the Value of a Brand Name. New York: The Free Press
Ajzen, I. (1987), “Attitudes, Traits, and Actions Dispositional Prediction of Behaviour in Personality and Social Psychology,” in L. Berkowitz (Ed.), Advances in Experimental Social Psychology, Vol. 20, San Diego, CA: Academic Press, Inc, pp. 1-63
Ajzen, I. (1988), Attitudes, Personality,and Behaviour. Milton Keynes, UK: Open University Press
Ajzen, I. and M. Fishbein (1980), Understanding Attitudes and Predicting Social Behaviour, Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc.
Dharmmesta, B. S. (1992), “Riset tentang Minat dan Perilaku Konsumen: Sebuah Catatan dan Tantangan bagi Peneliti yang Mengacu pada ‘Theory of Reasoned Action.’” Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. VII, No. 1,h.39-53
Dharmmesta, B. S. (1997), “Keputusan-keputusan Stratejik untuk Mengeksplorasi Sikap dan Perilaku Konsumen,” Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 12 No.3, h.1-17
Dharmmesta, B. S. (1998), “Theory of Planning Behaviour dalam Penelitian Sikap dan Perilaku Konsumen,” Gadjah Mada University Bussiness, Vol. VII, No.18. h.85-103
Fishbein, M. and I. Ajzen (1975), Belief Attitude, Intention and Behaviour. Reading MA: Addison-Wesley
Jacoby. J. and D. E. Kryner (1973), “Brand Loyalty vs. Repeat Purchasing Behaviour” Journal of Marketing Research, Vol. 10 (February), pp. 1-9
Jacoby, J. and J. C. Olson (1970), “An Attitudinal Model of Brand Loyalty: Conceptual Underpinnings and Instrumentation Research,” Purdue Papers in Customer Psychology, Vol.159, Purdue University
Martin, C. L. and P. W. Goodell (1991), “Historical, Descriptive, and Strategic Perspectives on the Construct of Product Commitment,” European Journal of Marketing, Vol. 25, pp.53-60
Mowen, J. C. and M. Minor (1998), Consumer Behaviour, 5th ed. Upper Saddle River, NJ Prentice-Hall, Inc.

TANGGAPAN SAYA
Loyalitas pelanggan, yang juga disebut sebagai loyalitas merek  ini mengarah untuk lebih mendapatkan perhatian akademis (pendidikan). Wacana ini mendefinisikan serta menganalisis konsep loyalitas merek dimana menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan attitudinal dan pendekatan behavioural dengan struktur loyalitas yang menunjukkan perpaduan elemen yang dapat dikategorikan menjadi 4 yaitu kognitif, afektif, konatif, dan tindakan. Juga menjelaskan sikap konsumen atas pembelian secara berulang dan komitmen pada merek. Intinya adalah, loyalitas pelanggan menekankan pada runtutan pembelian, proporsi pembelian dan probabilitas pembelian yang didasarkan pada pendekatan keperilakuan dan attitudinal. Seperti yang telah dikutip oleh Mowen dan Minor (1998) bahwa loyalitas merek adalah kondisi dimana konsumen mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek, mempunyai komitmen pada merek teersebut, dan bermaksud meneruskan pembeliannya dimasa mendatang.
Ketika saya membaca disalah satu sub judul artikel ini, “KUALITAS PRODUK MENGEMBANGKAN LOYALITAS MEREK”, bahwa salah satu faktor utama agar dapat membuat konsumen merasa puas adalah tergantung dari kualitas barang itu sendiri dan nilai guna untuk konsumen itu seperti apa. apakah keadaan barang tersebut layak digunakan, dan dikonsumsi oleh konsumen. Dan juga di sub judul, “PROMOSI PENJUALAN UNTUK MENGEMBANGKAN LOYALITAS MEREK”, selain dengan kualitas yang diperkuat, kita pun juga harus pintar mempertahankan metode promosi agar produk kita semakin berkembang. Contohnya saja dengan cara periklanan, buy 1 get 2, mengumpulkan beberapa kupon yang nantinya akan menghasilkan hadian-hadiah menarik, gimmick, dll. Jika dilakukan secara intensif dan konsisten, kemungkinan besar yang terjadi para konsumen akan melakukan pembelian secara berulang. Dikatakan juga disini di sub judul, “ BAGAIMANA MENGIDENTIFIKASI PELANGGAN YANG LOYAL PADA MEREK?”, bagaimana jika konsumen membeli produk-produk tertentu hanya karena pengaruh promosi penjualan dari pemasar dan bukan karena kualitas positif intrinsic produk tersebut? Solusinya adalah tetap menjaga kualitas produk untuk menciptakan serta mempertahankan loyalitas merek tidak hanya dalam jangka pendek, tetapi jangka panjang. Dan juga perlu diperhatikan aspek harga yang imbang dan wajar akan membuat kualitas dan komit konsumen semakin meningkat.

Cryonic, Mayat Dibekukan Agar Bisa Dibangkitkan Lagi

Cryonic merupakan teknik pembekuan mayat agar selnya tidak rusak, sehingga bisa dibangkitkan lagi suatu saat nanti. Penemunya adalah Robert Ettinger, yang baru-baru ini meninggal dunia dan menjadi pasien ke-106 yang memanfaatkan teknologi ini.


http://www.immortalhumans.com/wp-content/uploads/Cryonic_Head_small.jpg
Ilustrasi

Jenazah Robert yang meninggal di usia 92 tahun pada Sabtu (23/7/2011) langsung diproses beberapa menit setelah dinyatakan meninggal, dengan diberi lapisan es. Selanjutnya, jaringan tubuhnya diisi dengan senyawa tertentu lalu dibekukan dengan nitrogen cair.

Setelah itu, jenazah Robert dimasukkan dalam peti khusus yang dinamakan cryostat untuk menjaganya agar tetap berada di bawah titik beku. Pada kondisi demikian, diharapkan sel-selnya tidak rusak sehingga jika teknologinya sudah memungkinkan mayatnya bisa dibangkitkan lagi.

http://www.boingboing.net/images/pic-03-plattblog_alcor.jpg

Robert Ettinger adalah ilmuwan Amerika yang juga seorang veteran Perang Dunia II menemukan teknologi pembekuan mayat ini. Pada tahun 1976, ia mendirikan yayasan bernama Cronic Instistute. Dari yang semula anggotanya bisa dihitung dengan jari, pada tahun 2000 sudah mencapai 900 orang.

Tidak semua anggota ingin mengawetkan mayatnya sendiri jika kelak meninggal dunia, sebagian hanya ingin mengawetkan DNA (deoxyribo nucleic acid) atau organ tertentu. Bahkan ada yang hanya ingin mengawetkan binatang peliharaannya, terutama anjing dan kucing.

Hingga kini, Cryonic Instutite tercatat sudah membekukan 64 mayat binatang peliharaan termasuk anjing, kucing, burung dan hamster. Sementara untuk jenazah manusia, Robert Ettinger merupakan pasien ke-106 yang dibekukan dengan teknik temuannya tersebut.

http://www.nurulquran.com/noor/Presentations/cryonic/cryonics_2.jpg

Jenazah pertama yang dibekukan dengan teknik ini adalah Ibu kandung Robert Ettinger, Rhea Ettinger yang meninggal tahun 1977. Jenazah kedua adalah istrinya sendiri Elaine, sedangkan istri keduanya yakni Mae Ettinger menjadi pasien ke-34 yang mayatnya dibekukan dengan cryonic.

Selain Cryonic Institute, ilmuwan yang tinggal di Detroit ini juga mendirikan Immortalist Society yakni sebuah organisasi untuk para ilmuwan yang mendalami cryonic dan teknik lain untuk memanjangkan umur setelah kematian.

Robert sendiri sebelum meninggal telah berpesan agar tidak ada upacara pemakaman untuk dirinya karena yakin suatu saat nanti akan hidup lagi.

"Robert sangat menginspirasi gerakan cryonic. Ribuan orang di seluruh dunia mencarinya dan pasti sedih mendengar kematiannya, tapi semoga suatu saat nanti dia akan kembali lagi," ungkap David, anak Robert seperti dikutip dari Detnews.

http://assets.nydailynews.com/img/2011/07/26/alg_robert_ettinger.jpg
Robert Ettinger

Teknik cryonic adalah dengan cara sirkulasi darah dan pernapasan secara artifisial yang dikembalikan dan serangkaian obat yang diberikan untuk melindungi otak dari kekurangan oksigen.

Pendinginan cepat juga dimulai, yang selanjutnya melindungi otak. Tujuannya adalah untuk mempertahankan otak tetap hidup selama mungkin dalam prosedur.

Sumber :
detikhealth.com

Lampu Hias Masa Depan, Penuh Warna Berbentuk Stiker

Lampu hias memang menambah keindahan suasana malam, apalagi bila bicara lampu hias yang menghiasi kota Jakarta pada saat Ulang Tahun Jakarta, sungguh indah namun membutuhkan tenaga listrik yang lumayan besar.

Light Tape adalah sebuah teknologi baru dalam teknologi lampu yang bentuknya seperti sebuah selotip besar (tape) yang bisa bercahaya dengan ketebalan hanya 0,5 mm.

Teknologi yang digunakan oleh Light Tape adalah teknologi yang sama dengan teknologi yang digunakan oleh TV plasma yaitu electroluminescence (EL).







Apa yang membedakan Light Tape dengan jenis lampu lainnya? Yang paling utama adalah Light Tape bisa diaplikasikan hampir ke semua jenis kebutuhan serta sangat ramah lingkungan karena Light Tape tidak menghasilkan panas yang tinggi, mengandung merkuri, gas dan bukan terbuat dari kaca.

Dari sisi hemat listrik, Light Tape hanya membutuhkan daya sebesar 5 w saja untuk setiap radius 30 cm yang berarti hanya 1/6 dari daya yang dibutuhkan untuk lampu LED.

Karena Light Tape berbentuk seperti gulungan kabel maka Light Tape bisa digunakan sepanjang 8 km tanpa sambungan dan cahayanya dijamin dapat terlihat jelas bahkan dapat menembus kabut, asap dan salju.




Dari segi pemasangannya sendiri, Light Tape juga sangat mudah, misalnya bila kita ingin menempelkannya di dinding, cukup meggunakan double tape dan tanpa harus menggunakan paku maupun lem. Hal ini bisa dilakukan karena berat Light Tape itu sendiri sangat ringan.

Dan terakhir, ini yang paling menarik, Light Tape tidak akan rusak, jadi anda tidak perlu direpotkan dengan masalah ganti lampu karena putus.

Sumber :
klipingkita.com

Senjata' Baru Ilmuwan Hentikan Pemanasan Global

Ilmuwan Inggris membuat balon helium seukuran Stadion Wembley yang dikaitkan pada sebuah kapal yang diterbangkan pada ketinggian 20km.

Balon inilah yang disebut-sebut akan menjadi ‘senjata’ untuk menyelamatkan planet ini dari pemanasan global.



Ilmuwan ini menyelidiki apakah pipa air biasa mampu digunakan menembakkan partikel ke atmosfer dan mendinginkan Bumi.

Prototipe balon ini telah dibuat dan akan diterbangkan bulan depan dari lapangan terbang di Norfolk dalam percobaan yang menghabiskan dana GBP 200 ribu (Rp2,8 miliar).

Upaya ini dilakukan guna menyelidiki ‘rekayasa geo,’ proses kontroversial seputar percobaan manusia dalam memanipulasi iklim.

Ide di balik upaya ini adalah jutaan partikel bahan kimia akan difungsikan seperti cermin dan memantulkan sinar matahari untuk menghentikan pemanasan planet.

Balon ini dibuat ilmuwan di universitas Oxford, Cambridge, Bristol dan Edinburgh. Menurut keterangan mereka seperti dikutip Dailymail, sebanyak 10 balon akan menyebar, 10 juta ton bahan kimia itu akan berada di stratorfer tiap tahun untuk menurunkan suhu global 2 derajat Celsius dalam dua tahun.

Sumber :
inilah.com

Yuk, Tidur Bersama Teknologi

Pernah membayangkan tidur mengambang, atau terpaksa harus tidur dalam keadaan berdiri? Semua itu bisa terjadi dewasa ini berkat inovasi yang dilakukan oleh beberapa orang, teristimewa perancang kasur yang terus mencari penemuan-penemuan baru.

Beberapa penemuan di bawah ini merupakan hasil teknologi teranyar pada tempat tidur, sehingga kebutuhan manusia akan tidur bisa tetap terpenuhi tanpa harus bergantung pada bentuk ranjang yang konvensional. Apa saja diantaranya?


Floating Bed
Sejak penemuan di dunia penerbangan, orang mencari cara baru-bahkan lebih-menantang gravitasi. Sekarang, dengan desain dan ide arsitek Janjaap Ruijssenaars, seseorang benar-benar bisa mengapung sementara mereka tidur. Teknologi tempat tidur terapung ini disebut Floating Bed.

Tempat tidur terapung berhasil tercipta setelah tujuh tahun penelitian yang ekstensif. Bagaimana sistem kerjanya? Menggunakan sistem non-degrading magnetic system, akan membuat ranjang terangkat dari tanah tanpa pernah turun. Untuk menjaga supaya tidak mudah bergeser atau "terbang" maka floating bed ditahan oleh empat utas kabel baja.

Sistem ini benar-benar menakjubkan karena dapat menahan beban hingga 1500 pon. Karena teknologi unik dan studi yang ekstensif, tempat tidur terapung ini harganya 1,6 Juta US Dolar (setara dengan 15 milyar Rupiah). Memang, saat ini hanya orang yang kelebihan duit saja bisa membeli floating bed tersebut. Tapi siapa tahu, di masa depan teknologi semacam ini bisa menjadi komoditi yang murah.



Vertical Bed
 
Perangkat ini diciptakan oleh Jamie O `Shea. Hal ini memungkinkan pengguna untuk tidur dalam posisi vertikal. Bagaimana rasanya? Yang pasti tidak mungkin lebih nyaman daripada tidur yang sebenarnya, tetapi dapat membantu seseorang yang terpaksa tidur dalam posisi berdiri (vertikal).

Hal lain yang menarik tentang penemuan ini adalah, bahwa hal itu dapat dengan mudah dilipat ke dalam tas, sehingga mudah dibawa ke mana saja.

Untuk membuktikan bahwa penemuannya benar-benar bekerja, O'Shea melakukan uji coba di Broadway dan 33 Street, New York. Dia sempat tidur siang di sana selama 40 menit dan kemudian mengulangi tes beberapa kali dengan interval 4-jam. Sejauh ini tidak ada informasi apakah Vertical Bed akan laris di pasaran.


Molecul Bed - 120 Sofa Balls

Animi Causa dari Feel Seating System merancang sofa sekaligus tempat tidur yang inovatif. Bentuknya serupa kumpulan bola-bola yang nyaman untuk ditiduri/diduduki. Menurut Animi, ia mendapat inspirasi setelah melihat struktur molekul. Maka dibuatlah molecul bed yang terdiri dari 120 bola berlapis bahan elastis buatan pabrik. Uniknya, kita bisa membentuk molecul bed sekehendak hati, tergantung daya kreatifitas dan bentuk ruang di tempat tinggal kita. Unik, kan?
bedUP
Kamar kamu sempit, ingin punya tempat tidur yang tidak menyita banyak ruang dan bisa disimpan saat tak diperlukan? Harus coba bedUP.

Tempat tidur yang dirancang oleh studio of invention Décadrages, tempat tidur ini bisa disimpan di atap (plafon) sehingga menghemat ruang seluas 4 m2. Jadi, saat siang hari, simpan saja tempat tidur ini di atas, dan saat malam tiba turunkan bedUP, serta sesuaikan ketinggian tempat tidur tersebut dari lantai seperti yang kamu inginkan.


Sofa Bunk Bed
 
 
 
Sofa Bed sudah biasa kita temukan di toko furniture. Tapi yang satu ini cukup unik, dengan mekanisme yang diciptakan, bisa cepat berubah bentuk menjadi tempat tidur tingkat (bunk bed). Bahkan lengkap dengan tangganya, lho.


Yang satu ini aneh.
 
Kalau tempat tidur yang satu ini benar-benar aneh, karena dirancang hanya untuk posisi tidur yang spesifik (lihat gambar) yaitu posisi fetal - tidur miring dengan kaki sedikit terlipat. Siapa yang mau tidur dengan posisi tersebut sepanjang malam? Ah, aneh-aneh saja.
sumber: theresidentarchitect.com, freshome.com

teknologi Futuristic Samsung Flexible Displays

Sejujurnya, ini baru konsep dan sedang dikembangkan oleh Samsung. Namun, tampaknya waktu peluncuran produk baru ini tidak perlu menunggu lama karena Samsung berniat segera mengenalkan Futuristic Samsung Flexible Displays tahun 2012 mendatang.


Gambar 1: Bentuknya layar tipis dengan teknologi sentuh untuk pengoperasian

Gambar 2: Bisa ditekuk dengan mudah (fleksibilitasnya tinggi)
 
Gambar 3: Teknologi hologram tiga dimensi membuatnya seolah nyata


Samsung memang tidak main-main di bidang teknologi, mereka tidak mau hanya menjadi pengekor kesuksesan korporasi besar semacam Apple Inc.. Setelah sukses dengan smartphone berbasis Android, Samsung ingin melangkah ke tahap selanjutnya dari sebuah kemajuan teknologi.

Soal nama, belum diketahui apa produk resmi tercanggih Samsung ini, jadi sementara tetap kita pakai Futuristic Samsung Flexible Displays. Dengan temuan baru ini, kita bisa berinteraksi dengan dunia digital dan tetap terintegrasi dengan kehidupan nyata.